Linesourcepro – Jakarta. Berawal dari ketertarikannya untuk terjun ke dunia musik khususnya bidang tarik suara, karena ayah Adrin sudah mengenalkan beberapa band pada eranya yang digandrungi pada seperti The Beatles dan Bee Gees. Saat itu, Adrin masih duduk di bangku sekolah dasar. Kemudian ketertarikannya berlanjut ketika dia berada di bangku sekolah menengah pendidikan. Ia mulai mendengarkan Queen, Deep Purple , Grand Funk Railroad, Led Zepplin, E. L. P. dan lainnya.
Mengasah hobi bernyanyi, Adrin membentuk band di bangku sekolah menengah atas, meskipun teknik bernyanyi pada saat itu masih ‘pas-pasan’. Namun, hal tersebut tidak menghentikan ia dalam merintis karier bermusik, Adrin tetap meneruskan untuk bernyanyi hingga kuliah.


Seiring berjalannya waktu, Adrin tertarik pada musik bergenre Metal, dari sanalah ia menemukan jati dirinya sebagai vokalis Metal. Teknik vokal Adrin pada genre Metal kian berkembang dan matang. Musik metal cepat teradopsi oleh Adrin dengan vokal yang dirasakan cocok dengan genre itu, dan melatih teknik vokalnya lebih getol secara otodidak.


Learning by Doing
Teknik vokal Metal terus diasah oleh Adrin dari berbagai perform panggung dengan sejumlah band yang berbeda, meilibatkan dirinya sebagai vokalis. Adrin mempelajari penampilan dari setiap band favoritnya, dari video dan menonton langsung event-event panggung Metal. Tentu saja selain mengembangkan teknik vokalnya, akan berpengaruh pada dirinnya sehingga bisa membentukan karakter vokalnya selama ia tampil di berbagai event.
“Ya, udah banyak band yang pernah saya ikuti, tetapi band Metal yang dibentuk oleh saya sendiri baru Slaughterion ini, dengan genre Death Metal pada tahun 2013,” ujar Adrin.
“Beberapa band yang pernah saya ikuti diantaranya Homicide (1995), aaarghh (1996), Ordoth (1998), Godzilla (1999), Infected tendence (2003), Perpetual disharmony (2003), Burial corpse (2003), slaughterion (2013 ), Deformation (2014), Necrology (2015), Soul sick (2019), dan skull head (2020), menurut saya hidup saya ini kurang hidup aja kalau enggak ngeband,” tambah Adrin.

“Penting banget support dari orang tua dan keluarga karena kalau gak ada support berarti kagak jalan dan kagak direstui”. Foto: Rendy

Support Keluarga
Ada salah satu prinsip yang selalu dipegang dan menjadi kekuatan karier bernyanyi hingga sekarang, yaitu mendapat dukungan penuh dari orang-orang terdekat yang dicintainya. “Penting banget support dari orang tua dan keluarga karena kalau gak ada support berarti kagak jalan dan kagak direstui,” tegas Adrin yang kian dewasa menjajaki karier bermusiknya.


“Enggak ada kelebihan tersendiri sebagai seorang vokalis/frontman dalam band bagi saya. Karena semua personil band punya posisi masing-masing yang penting dalam merangkai komposisi musik. Hanya saya, karena vokalis itu pada umumnya sebagai frontman, di depan jadi harus kurang lebihnya menguasai skill komunikasi yang lumayan untuk berinteraksi dengan audiens.”
“Enggak ada yang khusus, kalo untuk power dan nafas lewat olah raga, senam, bersepeda dan jogging. Kadang live nyanyi dimana aja sekira tempatnya sepi, pengen sih punya studio sendiri nih biar bisa puas latihan teriak-teriak, lagi nabung nih bikin studio, tapi duitnya abis mulu buat beli beras nih hahaha…,” ujar Adrin sambil tertawa.

Foto: Kiki


Sejumlah musisi yang menjadi inspirasi Adrin yang mempengaruhi kariernya, diantaranya adalah Chris Barnes, Lord Worm, dan Frank Mullen yang bergenre Death Metal. Namun ada juga musisi di luar genre Death Metal yang menjadi inspirasinya, diantaranya Sebastian Bach, Bruce Dickinson, dan Joan Jet.

Sebagai vokalis profesional, Adrin peduli penampilan saat manggung. Tentu saja dengan penampilan yang terbaik akan lebih keren dipandang. Ia mengatakan,”Saya termasuk orang yang sangat memperhatikan penampilan. Kalau bisa setiap manggung itu pake kaos yang berbeda dari panggung sebelumnya. Untungnya, saya ada di genre Death Metal di mana enggak harus pake kostum macam-macam kalau manggung, cukup berkaos hitam. Oiye.., rambut panjang atau gondrong bagi gue merupakan ciri khas metal head. Berasa ada yang kurang begitu musisi Metal kagak gondrong.”

“Rambut gondrong bagi gue merupakan ciri khas metal head. Berasa ada yang kurang musisi Metal kagak gondrong.” Foto: Rendy


Adrian selama berkarier belum pernah mendapat penghargaan khusus, namun ia sangat meyakini dan bangga, justru banyak penghargaan dari sesama teman musisi. “Belum pernah dapat penghargaan khusus, tapi penghargaan dari sesama teman musisi khususnya Metal sangat besar banget, respek dan respons tiada terhingga… cadas tiada tara.” kata Adrin.
Ketika ditanya panggung mana event yang paling berkesan bagi seorang musisi senior genre Death Metal. Adrin menjawab,”Panggung/event yang berkesan bagi saya banyak seperti di Banjar Baru, Lombok, Dieng, Lampung, dan Palembang.”


Adrin menambahkan tentang pengalamannya, “Kita dulu berkomunikasi masih pakai telpon rumahan. Tapi yang paling seru dan murah meriah yaitu korespondensi surat-suratan baik sesama band Extreme metal ataupun dengan fans. Seru…! kita selalu harus siap paket promosi yang berisi bio, demo, stiker, kartu nama, dan foto.”

Album Disappearing The fact Of Obscenity
Slaughterion sudah rilis album ‘Disappearing The fact Of Obscenity’ yang diluncurkan melalui digital Music platform Tahun 2023 dan albumnya dirilis fisiknya berupa kaset. Kemudian, untuk merayakan ulang tahun Slaughterion dibuatlah acara ’Slaughterion Ten Years Slaughtered’ dan launching mini album tanggal 25 November 2023 lalu di Rumah Burung, Depok. Adrin mengajak teman-teman seperjuangan untuk meramaikan acara yaitu Skeptical, Denied, Skull Head, Refuse, Jaddah, Eternity, Engaged In Vegance, Disgrace, Shenoid, Party Room, Nouscrust, Anti Curse, Keranda Mayat, Anjing Neraka, Strench Of Virginity, dan Sengat .


Teks : Ronal Pane
Sumber : Adrin Slaughterion

Foto Utama: Kiki

Editor: Fajar Arianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *